Cerpen 4 "TanpaJudul"

* Kita tidak akan merasa kebingungan saat kita memang sudah yakin dengan apa yang akan kita pilih. “Aku menyayangimu, maka aku memilihmu ... “ *

-.-‘

Hari itu sungguh melelahkan. Bukan lelah karena menyelesaikan tugas kuliah yang seabrek, bukan juga karena banyak pikiran. Tapi karena seharian membersihkan rumah yang ternyata sudah seperti kapal pecah. Apalagi kamar yang aku tempati, sebagai tempat favorit untuk kumpul bareng teman-teman, maklum saja jika barang-barang tak bisa tertata rapi. Bukan lagi seperti kapal pecah, melainkan kapal hancur T_T

“Tak apalah, sekalian berolahraga. Sudah lama tidak berolahraga,” kataku dalam hati.

Namun efek yang ditimbulkan bukan malah menjadikan badan lebih sehat dan bugar, tetapi badan seperti remuk. Pegel sana sini, kram, haduh....

Malam harinya, aku berniat untuk tidur lebih awal agar efek buruk ini segera termusnahkan! Aku mulai merebahkan diri di tempat tidur, memeluk guling kesayangan yang katanya sudah sangat pantas untuk segera dibuang, lalu kutarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhku. Saatnya tidur ..... !
***

Baru sekitar satu jam tertidur, tiba-tiba Hpku berdering. Pesan singkat dari Ado, kekasihku. Sekedar mengucapkan selamat tidur. Dia kerap kali memberi perhatian-perhatian kecil yang disadarinya atau tidak, cukup bisa membuatku tersenyum. Selalu dengan caranya sendiri untuk mengungkapkan dan membuktikan kesungguhannya padaku. Baru sekitar satu bulan kami meresmikan hubungan ini. Bukan meresmikan ke pernikahan, tapi pacaran. Anak muda sekarang sering menyebutnya “jadian” :D

Ado, mahasiswa perguruan tinggi negeri yang tidak bisa rapi. Rambut di biarkan “porak poranda”, dengan gaya khas dan tampang galaknya (yang ternyata sama sekali tidak galak), suka mengejekku lola (loading lama) tapi tanpa disadarinya dia juga lola, konyol, susah serius, jarang mandi dan selalu lupa bagaimana cara menggunakan sepatu, selalu menginjak bagian belakangnya. Ketidakrapian Ado sedikit tercermin pada kosnya. Kamar ukuran 3x4 menjadi saksi bisu ketidakrapiannya. Mungkin kalau kamar kos ini bisa bicara, dia akan berontak jika ditempati orang seperti Ado. Tapi karena memang kamar kos ditakdirkan untuk tidak bisa bicara, maka selamatlah Ado dari amukan kos itu. Satu lagi tentang Ado, jika ada konser Shaggydog di Jogja, bakal dia datengin, maklum reggae adalah musik favoritnya (kecuali kalau lagi bokek buat beli tiketnya, mending ngebo di kos).

Pernah suatu kali aku mengungkapkan keinginanku agar Ado mau berpakaian rapi, wangi, rambut diatur rapi, penghapusan tampang galak dengan menggantinya dengan sedikit senyuman, terakhir, tentunya dengan penggunaan sepatu yang sesuai aturan :D . Namun, keinginanku segera ditolaknya mentah-mentah.

“Ogah. Apaan rapi segala. Kalau rapi berarti bukan aku,” kata Ado menolak.
“Hah?? Sekali aja tetep nggak mau?” kataku membujuk.
“Enggak mau,” jawabnya tegas.
“Huft!” desahku pasrah.
***

Sebulan sebelum ulang tahunku, kami masih hanya sekedar teman. Smsan, chating, membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Saat itu pula, ada Oki yang terang-terangan berniat ingin menjadi kekasihku. Walaupun belum diutarakannya secara langsung. Aku memang sempat berpikir untuk menerima Oki, setelah aku pikir-pikir, aku ragu. Satu hal yang tidak aku suka darinya, mengharuskanku untuk selalu bersamanya. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Bahkan dengan sahabatku sendiri dia memintaku agar menjaga jarak. Hahh. Apa-apaan, jelas aku nggak suka sikap kayak gitu. Sebenarnya beberapa hari menjelang ulang tahunku saat itu, ada perubahan sikap dari Ado. Ada sedikit perhatian yang lain. Meski nggak begitu jelas.

Tepat di hari ulang tahunku, Oki mengutarakan maksud hatinya untuk menjadi kekasihku. Entah mengapa, aku yang tadinya berpikir untuk menerima, memutuskan untuk tidak pada Oki. Sebaliknya, Ado masih terus-terusan dengan sikap nyebelinnya. Nggak jelas banget. Sayang aku nggak sih? T_T (sedikit menuju lebay).

Hampir satu minggu setelah hari itu, aku pergi bersama teman-teman untuk sekedar makan bareng. Tidak lupa aku mengajak Ado, walaupun datengnya super telat! Huh. Dan malam inilah yang menjadi malam yang sangat menggembirakan untukku. Sudah bisa ditebak, kami jadian :)

“Dasar nyebelin, kenapa nggak ngomong waktu ultahku aja sih? Kan pas dudul!” kataku kesal.
“Aku kan belum yakin, lagian juga ngapain di pas pasin kayak gitu. Orang yakinnya baru sekarang..” jawabnya santai.
“Ya kan keren, pas ultah, pas jadian. Eh malah Oki yang ngomong duluan, aku tolak pula. Kan jadi aneh ultahku... ada acara penolakan!” timpalku.
“Hahaaa... sok banget sih” ejek Ado.

Suatu kali pernah Ado memintaku untuk menjelaskan kenapa dulu memilihnya. Dia menganggap bahwa dirinya tidak punya sesuatu yang ‘wah’, hanya anak kos biasa yang terkadang kepepet nyari penjeman sana sini, nggak cakep, nggak ini, nggak itu, nggak hore deh pokoknya. Jawabanku enteng, karena aku yakin memang dia pilihanku, dia yang terbaik untukku saat ini, dan semoga akan menjadi yang terbaik sampai saat nanti.

Mungkin dia banyak kekurangan, tapi dia juga punya banyak kelebihan. Pada akhirnya harus dikatakan bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Aku memaklumi kekurangan Ado, Ado memaklumi kekuranganku. Balance. Semua akan berjalan baik-baik saja.
***

Kembali ke persoalan awal. Masih dengan tujuan sama. Walaupun bersih-bersih itu memberi dampak positif yang banyak, tetap ada efek buruknya jika hanya menggunakan alat-alat yang tidak layak pakai. Satu-satunya cara memusnahkan efek buruk kegiatan bersih-bersih tadi dengan cara segera tidur, begitulah pikirku. Maklum, ditambah lagi besok pagi-pagi sekali ada acara kampus yang wajib diikuti. Walaupun berbagai rintangan menghadang, harus tetap hadir. Harus !

“Hhuuuaaahhmmm ... “

Akhirnya aku tertidur, berharap bertemu Ado dalam mimpi. Meski aku lebih berharap agar kenyataan akan lebih indah daripada hanya sekedar mimpi :D

Cerpen 3 "Materi"

Sepertinya tempat ternyaman untukku seharian ini adalah di kamar tidur dengan ditemani setumpuk novel. Mulai dari novel terbitan jaman dulu, hingga novel terbaru yang saat ini sedang menjadi best seller. Mulai dari novel yang alur ceritanya menyedihkan, hingga novel dengan cerita yang cukup membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Maklum, hari ini sedang tidak ada jadwal kuliah, tugas-tugas sudah selesai, waktunya untuk malas-malasan.

Setelah puas seharian membaca novel, tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul 00.00 wib, saatnya mendengarkan musik sebagai pengantar tidur. Tapi mata ini masih saja belum mau terpejam. Ada hal yang mengganjal dipikiranku. Huft!

Ini bukan masalah dari keluarga, ataupun masalah kuliah. Keduanya berjalan baik dan semoga akan terus baik-baik saja. Sedikit hal yang mengganjal, mengenai hubunganku dengan Dion, kekasihku. Hubungan ini berlangsung belum lama. Baru sekitar satu bulan. Sekalipun belum pernah bertengkar seperti kebanyakan pasangan lain. Hubungan kami berjalan begitu saja, kami membiarkannya mengalir.

Aku menerimanya karena dia mengutarakan satu alasan yang cukup membuatku berpikir. “Aku pengen mulai semua dari awal” jawabnya serius. Setahuku, memang dia sempat mempunyai hubungan khusus dengan Iren. Hubungan itu berlangsung lama, sampai pada akhirnya Iren memutuskan untuk meninggalkan Dion, dan memilih kembali ke sisi Randy, kekasihnya.

Akh, aku juga tak terlalu mengerti bagaimana hubungan ketiganya dulu, dan aku juga tidak berminat untuk mengerti. Aku punya masa lalu, begitu juga dengan Dion, itu adalah masa lalunya, satu fase yang pernah dilewatinya. Sekalipun mencoba mengelak dan melupakan, masa lalu tidak akan pernah hilang. Hanya bagaimanana sikap terbaik kita untuk cermat mengambil hikmah dari setiap fase kehidupan yang pernah kita lewati, sebagai pelajaran dalam hidup.

Sudah 8 bulan sejak berakhirnya hubungan mereka. Dion, memutuskan untuk menyimpan memori itu dalam-dalam dan tidak akan membukanya. Setidaknya saat bersamaku. Aku tahu rasanya memang sulit untuk tidak mengingat semua itu. Aku tahu kalau Dion susah payah melupakan Iren, salah satu cara Dion untuk melupakan Iren adalah dengan memberiku segudang perhatian. Meski aku tahu, Dion tidak akan memilihku hanya untuk tempat pelampiasan. Dia tak akan tega memperlakukanku seperti robot. Dion sama sekali bukan orang seperti itu. Segenap hati, dia ingin melupakan Iren dan memulai semua dari awal, bersamaku. Walaupun aku masih merasakan bahwa belum semua hatinya diberikan untukku. Ragu, ada! Tapi aku sudah memilih. Aku tidak menyesal dengan apa yang sudah aku pilih.

Penat rasanya hari ini. Membosankan! Membaca novel, mendengarkan musik, masih tak bisa membuatku untuk tidak memikirkan semua itu. Pada dasarnya kami sama. Dion masih menyisakan rasa untuk Iren, dan aku juga seperti itu, untuk Arya. Mantan kekasihku. Tapi kami berdua sama-sama berusaha untuk selalu menjaga komitmen yang telah disepakati. Setidaknya untuk menciptakan hari yang lebih berwarna................... dan zzzzzz... akhirnya aku tertidur.
***

Pagi harinya, sesaat setelah membuka mata, aku mulai melupakan apa yang menjadi beban pikiranku tadi malam. Dengan bantal dan guling yang masih dalam dekapan, aku melangkahkan kaki menuju meja makan. Tiba-tiba ada suara nyaring dan semakin lama semakin nyaring terdengar di telingaku.

“Astagaaaaaa! Di meja makan masih bawa bantal guling????? Perempuan itu harus bangun pagi, sholat subuh, bantuin bunda masak! ..............” bla bla bla nasehat bunda panjang lebar.

Dengan masih menggunakan piama, bantal guling dalam dekapan, aku kembali ke tempat tidur, untuk “kembali bermimpi indah” tanpa menghiraukan nasehat ibunda, namun sayang, ada suara yang membuyarkan! “kreeekkk...” terdengar suara pintu kamarku dibuka. Lalu, OMG! Suara nyaring itu kembali terdengar.............. “SHOLAT SUBUH DULU!!”

Seketika mataku terbelalak, lalu lari pontang panting menuju kran air di belakang rumah untuk berwudlu. Dingin tidak menyurutkan niatku untuk menyucikan diri dari hadast dan najis :D. Hhoho..... suasana yang sangat sering ditemui di rumahku saat pagi hari. Smangat pagi yang sedikit berbeda! oye oye!

Jadwal kuliah hari ini cukup padat. Pantaslah jika bunda sering mengeluarkan jurus andalannya di pagi hari. Ya, mungkin agar aku selalu semangat saat ingat suara nyaringnya! Hhuhuu...

Jam kedua, pukul 08.50 wib, saatnya kuliah psikologi pendidikan. Penjelasan mengenai stimulus cukup membuatku kenyang! Sedikit menerangkan. Rangsangan yang ditimbulkan akan diproses oleh otak dan menghasilkan stimulus yang akan berpengaruh pada apa yang kita kerjakan. Misalnya, saat kita melihat orang yang kita sukai lewat setiap hari di depan rumah pada jam-jam tertentu, terkadang secara tidak sadar kita menunggunya, menantinya lewat depan rumah pada jam tertentu itu. Hal itu akan membuat kita menjadi berdebar atau merasa malu, walaupun orang yang kita maksud tidak tahu akan keberadaan kita di sana. Kalau tidak salah seperti itu. Dan... tiba-tiba sosok Dion seperti lewat terus di pikiranku. Bolak balik nggak berhenti-berhenti. Hmmttt T.T

“Haduh, kuliah psikologi kenapa jadi inget Dion?” tanyaku dalam hati.

Baru jam kedua kuliah pikiranku sudah tidak beres! Perlu di kuras. Perlu liat Dion. Perlu ketemu Dion! Loh loh......... kenapa jadi Dion semua? Ada apa ini? Benar-benar sudah tidak beres.

Kuliah jam keempat, dan terakhir kuliah jam keenam. Dimulai pukul 16.10 wib dan berakhir pukul 17.50 wib. Setelah itu, pullllaaaaannngggg.......!!

Hari senin sampai jumat kurang lebih seperti itu. Berangkat dari kos, terkadang dari rumah, kuliah, pulang ke kos, kadang pulang ke rumah. Diwaktu jadwal kuliah sedang bersahabat, biasanya jalan deh bareng temen-temen :D
***

Satu hal yang membuatku sedikit tersentuh siang itu. Ketika perutku sangat nyeri karena temanku yang setiap bulan selalu datang, alias datang bulan, aku meminta bantuan Dion untuk membelikanku obat. Dengan cepat dia membelikannya untukku tanpa malu jika saat membayar si kasir curiga kenapa beli obat itu. Terimakasih :D

Hari demi hari kami lewati dengan keadaan yang sama. Masih dengan kesibukan yang sama dan tetap dengan keadaan “baik-baik saja”. Dengan Dion yang hampir tidak pernah marah, dan aku yang bawelnya minta ampun. Mungkin hanya Dion yang bisa sabar menghadapi sifat bawelku ini.

Tidak terasa semua ini sudah berlangsung satu tahun. Ada banyak hal yang berubah. Dion yang saat itu masih berstatus mahasiswa kini telah lulus dari perguruan tinggi. Gelar sarjana sudah disandangnya. Sedangkan aku, baru menginjak semester 5. Inilah hari-hari terakhir Dion di Jogja, serasa begitu cepat.

Dion yang dulu berusaha mencintaiku, kini sudah benar-benar memilihku. Aku yang dulu berusaha melupakan Arya, kini sedikitpun tak lagi memikirkan. Semua sudah seperti harapan.

Tidak ada alasan bagiku untuk melepaskan. Sebentar lagi Dion wisuda dan akan kembali ke kota asalnya, nan jauh di luar Pulau Jawa. Sama sekali tidak ada bayangan untuk hubungan ini. Entah apa yang terjadi nanti, yang aku tahu aku hanya ingin mempertahankan, untuk saat ini, dan seterusnya. Luv u..
***

Cerpen 2 "POS 5 OYE!!"

Mentari masih seperti biasanya, tersenyum menyambut pagi. Secerah hatiku pagi ini. Setelah semalaman mencoba menjawab pertanyaan yang memang sangat sulit untuk dijawab. Cerita ini dimulai ketika aku mengikuti acara di luar kota yang diadakan organisasi kampus. Sebenarnya konyol, tapi sangat mengesankan! Hhaha..

Malam sebelum berangkat, aku berkemas mengemasi barang-barang yang akan aku bawa. Cukup satu tas ransel ukuran sedang. Maklum, aku tak perlu membawa peralatan yang “waw” seperti yang lainnya karena memang aku tak suka berdandan. Lagipula, ini bukan acara formal, lebih banyak diisi dengan kegiatan lapangan, outbond. Oye oye !

Esok paginya, pergi ke kampus untuk bersama-sama berangkat ke tempat tujuan. Sesampainya di kampus, wwaasssstttaaagggaaaaa, jangan membayangkan berangkat dengan menggunakan bus kampus atau bus sewaan kampus yang nyaman dan ber-AC yaaaa, ini organisasi mahasiswa jurusan geografi, cinta dengan lingkungan dan alam, tak perlu bus AC, karena truk yang tanpa tutup dan tanpa alas telah menunggu untuk mengantar kami, tentunya malah ber-AC full, AC alami *karena organisasi kemahasiswaan jurusanku masih gabung dengan jurusan geografi, maka ngikut ajalah*. Busyet!! Yah, apa boleh buat daripada ke luar kota jalan kaki dan bisa-bisa hilang diculik preman, lebih baik ikut truk saja! Hhuhuuuu...

Setelah sholat dhuhur, kami berangkat. Bisa dibayangkan panasnya seperti apa. Mungkin juga karena efek pemanasan global yang sekarang sedang ngetrend dan menjadi bahan pembicaraan. Tanpa sunblock, tanpa embel-embel krim pelindung yang sering digemborkan di TV yang katanya bisa melindungi kulit dari teriknya sinar matahari, ditambah kesalahan teknis karena jaket yang aku bawa berwarna hitam. Panas yang aku rasakan menjadi beberapa kali lipat :’(

Tidak lebih dari dua jam, akhirnya sampailah ditempat tujuan. Perjalanan yang menyiksa tapi cukup membuat aku tertawa kecil. Hhehee. Suasana disana berbeda dengan suasana ketika dari kampus. Di sana terasa lebih dingin dan udaranya masih segar. “Asyik nih!” kataku dalam hati. Setelah meletakkan barang-barang dikamar, acara pembukaan pun dimulai. Eeiiitttzzz.... tunggu dulu. Sedikit menceritakan tentang kamar yang aku tempati. Satu kamar tidak hanya aku seorang diri, tapi dihuni pula oleh sepuluh orang temanku. Total satu kamar ada sebelas orang. Cukup nih buat grup sepakbola cewek. Hhohoo... dan taukah kamu? Dengan keadaan kamar yang tidak terlalu luas, dengan 2 tempat tidur yang dipakai 11 orang, cukup membuat kami tidak banyak bergerak saat dikamar, mending diluar deh cari udara segar 

Kembali ke acara organisasi kampus..... Pembukaan acara dimulai, dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, lalu penyampaian materi. Setelah memasuki jam sholat, istirahat sebentar, kemudian dilanjutkan penyampaian materi lagi. Begitu seterusnya sampai tengah malam. Ngantuknyaaaaaa. Huahm.... >.<

Di hari kedua, pagi-pagi sekali diharuskan agar kami sudah siap untuk mengikuti acara selanjutnya. Waduwh,, antri mandiiiiiiiii.... dari jam 5 pagi antri, baru kesampaian mandi jam 6 lebih! Itupun dibela-belain berdiri terus didepan kamar mandi. Hadeeehhh.... perjuangan!!

Mandi udah, ganti baju udah, ngemil udah, tapi masih ada yang kurang. Apa???!!! Owh ternyata belum makan  Makan dulu bareng-bareng, sebelum melaksanakan rangkaian kegiatan dihari ke dua. Hhihii. Acara dimulai. Kali ini tak hanya penyampaian materi, tapi juga kegiatan di lapangan. Kami dibagi dalam beberapa kelompok, aku termasuk dalam kelompok 4, dari total 5 kelompok! Walah walah... kami diharuskan melewati beberapa pos yang disetiap pos diharuskan melewati tantangan yang diberikan oleh panitia. Sebenarnya panitia hanya kakak angkatan, tapi tetep aja takut, orang pada galak gitu. huft! T_T

Di pos pertama, kami sudah dijejali pertanyaan tentang materi yang pernah diberikan, apakah analisis swat itu? Sweat, swot, atau apaan nggak ngerti, membuat kami klepek-klepek tidak bisa menjawab. Maklum, saat penyampaian materi kami semua dalam keadaan setengah sadar, hanya sekitar 30% yang masih dalam keadaan siaga dan hampir malas untuk siaga. Wkwkwkwk. Karena tidak bisa menjawab, dihukumlah kami. Baru pos pertama, sudah dihukum! Di pos kedua, diharuskan memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing dengan cara nge-rapp. Wokeyh, tak terlalu sulit bagiku dan teman-temanku. Meskipun kalau dipikir-pikir, nggak tau malu juga kami, suara pas pas-an, beraninya nge-rapp nggak karuan di depan kakak angkatan. Akh, biarin. Nggak pernah aku pikirin. Tuh kakak angkatan juga sudah aku kenal, kak Wono, dan juga kak Han yang ngikut sampai pos 3 dengan segenap perlengkapan PPPK dan kameranya. Sempat-sempatnya aku minta difoto. Eksissss dong... hhhaaay!!

Lanjuttttt ke pos tiga. Nah, dipos inilah tantangan yang cukup rumit. Pake nginjek-nginjek kaki segala. Hwaduwh ... kayaknya aku tau kakak ini deh. Kak Panji dan kak Adul, dua-duanya galak! Bahkan kak Adul dulu waktu ospek ikut dalam jajaran panitia Kedisiplinan. Ketuanya pula. Pantesan galak banget. “Nasib-nasib, ngapain juga ketemu kakak ini. Galaknya nggak ketulungan deh,” ucapku.

Menuju ke pos empat. Dipos ini kami cukuplah mandi lumpur. Menuju pos terakhir, oye oye! Tantangan khusus buat yang cewek angkatan 2009. Dalam kelompokku hanya ada 4 cewek. Satu orang dari angkatan 2008, kak Mimin, tiga yang lain dari angkatan 2009 termasuk aku. Oke, siapa takut. Cuma tantangan gini doank, nggak akan membahayakan reputasi. Hhehee *sok-sok.an mode on*.

Mulailah kak Ipang berbicara “pilih satu cewek angkatan 2009, buat nglaksanain tantangan terakhir ini”, kata kak Ipang sambil ketawa-ketawa kecil.

“Waduh, siapa nih yang mau maju?” tanya kak Mimin. Pretty temanku, terlalu pemalu. Nining, terlalu tomboy, bahkan dikira cowok sama kak Ipang, dan beberapa kali aku lihat kak Ipang minta maaf atas kesalahan teknis itu. Hhehehehehe. Lucu! Akhirnya sepakat untuk aku yang maju. Parah!! T_T

Kak Ipang mulai menjelaskan prosedurnya. “Pos 5 adalah pos kasih sayang. Untuk itu, dipos ini, perwakilan dari kelompok 4 harus bisa menyatakan cinta kepada salah satu panitia acara ini..........” bla..bla..bla.... aku sudah tidak mendengarkan apa yang kak Ipang jelaskan.

“APPPPAAAAHHHH????? lha dalah, po yo genah nembak cah lanang. Isin to yo,, nggak kenal lagi. Haduwh.. nggak mau kak” tolakku keras-keras.
“Eh harus mau dek, harus iki” jawab kak Ipang.
“Huaaaduuuhhhh....okelah kak”, jawabku terpaksa.

“Adul, sini kamu” teriak kak Wono.
Buru-buru aku tolak, “kak Adul?? Kakak galak si ketua Kedisiplinan????? Nggak mau kak, gantilah, jangan dia. Takut. Nggak mau!!” jawabku tegas menolak.
Kak Ipang menimpali “haesh, kudu gelem! Harus mau, kan udah dipilihin.”
“Ya udah deh,” kataku lemas.

Jreng jreng.... datanglah kak Adul dengan gaya khasnya. OMG!!

Mulailah akting ini. Setelah embel-embel panjang lebar yang memalukan, akhirnya sampailah di adegan utama di pos lima. “Kak, kamu pasti ngerti apa maksudku. Separuh jiwaku itu pergi *pinjem lagunya Pak Anang yang terkenal itu*. Aku mohon, agar separuh jiwaku kembali aku pengen kakak yang melengkapi *hhwwuueekkkzzz,, gombal sekaliiii*. Seketika kak Wono, kak Han, kak Bruno, dan kakak kakak panitia lainnya yang dari tadi ikut menyaksikan pertunjukkan gratis tertawa terbahak-bahak. Malunya aku....... T_T

Ehm ehm, setelah perjuangan kerasku yang tak tau malu karena tantangan yang menyebalkan ini, dijawablah oleh kak Adul. “Begini, aku memang sayang sama kamu, tapi, aku sudah ada orang lain”. Benar sekali, aku ditolak! Huuaaaccchhhiiinnnn! Bersin deh! ‘Para penonton’ kembali terpingkal-pingkal. Walah walah.... jadi komedian sementara nih! Kemudian kami bersalaman dan tak lupa aku meminta maaf atas ‘kericuhan’ yang baru saja terjadi. Hhmmmttt....

Akhirnyaaaaaaaaaa selesai juga. Setelah ini itu, berkemas, penutupan acara, lalu karena truk juga sudah menjemput, aku dan rombongan kembali ke kampus untuk selanjutnya pulang ke rumah masing-masing! Syukurlaaaahhhhh........... lega! 
***

Beberapa hari setelah acara itu. Masih saja aku teringat pos lima. Kak Adul yang masih saja lewat-lewat terus dipikiranku. Gara-gara tantangan nyebelin itu deh! Juga kak Wono dan kak Bruno yang setiap bertemu denganku tak henti-hentinya meledek serta macok macokke aku sama kak Adul *bahasa jowo tulen mode on*. Hal itu berlangsung agak lama, berbulan-bulan setelah acara organisasi kampus waktu itu.

Akhir-akhir ini, sangat gencar diperbincangkan mengenai facebook, semacam jejaring pertemanan selain friendster dan twitter. Sama seperti teman-temanku yang lain, aku juga menggunakan facebook untuk sekedar menambah teman, namun tetaplah selalu berhati-hati dalam menggunakannya. Sudah biasa, jika berkomunikasi dengan teman-teman melalui fb, dengan kak Wono, kak Adul, dan sahabatku yang lain. Kami juga berkomunikasi dengan Hp, sms maupun telpon. Tetapi, aku merasakan hal yang lain. Kok sikap kak Adul ke aku beda yaa?? Wah wah, harus diselidiki. Wkwkwkw.

Atas inisiatif sahabatku yang secara diam-diam juga menyelidiki kak Adul, didapatlah informasi yang mengejutkan! Hhahahaa... *lebay*. Tapi aku tak mau terlalu memikirkan, sampai di suatu malam, informasi tersebut benar adanya. OMG lg!!

“Mau nggak jadi pacar kakak?” tanyanya polos.

Whaaaattttzzzz..... aaapppaaahhhh..... si galak ngomong gitu ke aku? Akh, pasti salah nih. Pasti cuma ngerjain aku nih...... jangan kePDan dulu,,,

“Satu alasan, aku pengen mulai dari awal. Boleh aku mulai dengan kamu?” kata kak Adul serius.

Baru aku sadari bahwa ini nggak lagi main-main. Hmmmttt... jadi bingung nih mau ngomong apa. Kuberanikan diri untuk menjawab, tentunya dengan pemikiran yang sungguh-sungguh. “Iya kak” jawabku singkat, padat, dan tidak jelas. Hhehee ... Nggak nyangka!

Dari pos lima turun ke hati. Hhahahahahaaaa....... ada-ada saja! Namanya juga cerita, hkhk.


Terimakasih 

Cerpenku 1 ”SECRET”

“Huft!” keluhku dalam hati. Tidak terasa sebulan telah berlalu. Menunggu satu nama yang takkan pernah hadir dalam beberapa tahun ke depan. Entah ada kekuatan apa dengan nama orang itu. Akh... rasa-rasanya aku ingin mengejar kereta yang orang itu tumpangi kala itu.

Dia adalah Aga. Aga Dipta. Kekasihku semasa SMA. Sudah sekian lama kami memutuskan untuk berpisah. Memutuskan untuk berjalan di pilihannya masing-masing. Sedikitpun kami tidak merasa menjadi jauh karena keputusan kami saat itu. Ingin rasanya mengulang masa itu, saat di mana aku mengatakan “Iya, aku mau nerima kamu Ga,” tapi itu semua tidak akan mungkin lagi terjadi.

Perbedaan keyakinan yang kami anut membuat kami mustahil untuk menyatu. Perbedaan keyakinan adalah perbedaan dasar yang tidak patut diperdebatkan. Kami sama sekali tidak menyesali akan keadaan itu, bahkan kami tetap teguh memegang keyakinan masing-masing, mungkin kami sudah ditakdirkan bertemu dan berpisah agar kami bisa lebih menghargai perbedaan. Hubunganku berjalan sekitar dua tahun, dan sudah lebih dari empat tahun kami berpisah. Tapi tetap saja, kami tidak bisa mengingkari perasaan masing-masing. Tidak akan tega rasanya jika aku menerima orang lain sedangkan Aga masih dengan baik berada di sisiku. Pernah suatu kali ada orang yang mengutarakan perasaannya kepadaku. Tidak lain adalah sahabatku. Dia baik dan pengertian, dan yang paling penting dia seiman denganku. Aga pun menyetujui jika aku mau menerima sahabatku itu.

Keputusan yang memang benar-benar berat. Aku memutuskan untuk mengatakan “tidak” kepada sahabatku. Sahabat yang sudah sepuluh tahun ada untukku. Aku memberi alasan yang sejujurnya. “Empat tahun boleh berlalu, tapi cintaku ini nggak akan pernah kehapus oleh waktu, Ka,” jawabku. Anka memang sudah mengerti akan hubunganku dengan Aga selama ini. Dia hanya ingin mengungkapkan apa yang di rasakan saja. Dia tidak akan pernah menuntutku untuk mengatakan “ya” bagi dirinya. Bahkan dia masih tetap menjadi sahabatku sampai saat ini.
Aku yakin jawabanku itu sangat menyakitkan bagi Anka, sahabatku. Maaf Ka, aku benar-benar minta maaf atas keputusanku ini. Maaf atas jawabanku yang terlalu jujur dan aku tahu hal ini nyakitin kamu. Sedikitpun aku tak jujur, pastilah dia akan tau jika melihat sikapku. Beruntungnya aku punya sahabat seperti dia. Tapi tak beruntngnya dia punya sahabat sepertiku. “Maaf Ka,” mohonku dalam hati.

Sebulan yang lalu, Aga berpamitan pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi S2 nya. Apa boleh buat, dengan berat hati, aku melepasnya pergi demi masa depannya kelak. “Aku nggak akan lama perginya. Dengan keterampilan menulis, tesisku akan segera selesai, dan dengan kepandaianku ini pasti aku akan pulang dengan nilai A dan pekerjaan yang keren besok. Kamu tenang aja Ra. Saat melihat keretaku mulai berjalan nanti, kamu nggak usah nangis. Karena aku tahu pasti kamu nggak bawa sapu tangan ataupun tisu untuk mengelap satu ember air matamu dan satu liter ingus kamu itu, hhehe... ” katanya panjang lebar. Dengan gaya khasnya yang terkadang terlalu PD, membuatku tertawa, dan inilah satu hal yang akan membuatku rindu untuk beberapa tahun ke depan. Aga......

***
Semuanya berjalan seperti biasanya. Aku meneruskan studi S2 di Jogja, dan Aga meneruskan studi S2 di Jakarta. Komunikasi berjalan lancar. Hubungan kami masih seperti dulu.

Singkat cerita, dua tahun kemudian.

“dddrrrrtttt..... dddrrrrtttt.... “ hpku getar . Kuambil Hpku lalu tanpa melihat siapa penelponnya, kuangkat.

“Ra, lagi ngapain kamu?” kata orang itu.

Masih setengah sadar dan dengan suara seadanya (yang menurutku masih tetap seksi walau suara bangun tidur), “Huahm .. Ya tidurlah, lagian ada perlu apa telpon tengah malem?! Besok aja napa? Ganggu orang tidur tau!” jawabku sewot.

“Yaelahhh galaknya belum sembuh-sembuh juga. Emang tujuanku telpon kan buat gangguin tidur kamu! Hhehee ” Jawabnya enteng.

Nih orang ngajak berantem deh kayaknya, gerutuku dalam hati. Tapi rasa-rasanya suara ini sangatlah familiar. Sudah sangat akrab di telinga, apalagi gaya bicaranya. Ingatanku langsung pulih, kesadaranku juga kembali seperti sedia kala sebelum aku tidur 98%. Ya, Aga. Gaya bicaranya tak pernah berubah dalam keadaan apapun. Terkecuali kalau sedang lapar, bisa menjawab sedikit saja omelanku, sudah merupakan suatu usaha yang sangat hebat  

“Aaaaggggggggggaaaaaaaaaa!!!!! Ngajak berantem ya telfon tengah malem gini. Seharian tadi kamu udah telfon aku terus tau Ga. Mentang-mentang dapet gratisan. Huh.” omelku panjang lebar.

“Hhhaaaahahahahahahahhahaha..... si galak ngambek nih ” jawabnya tanpa rasa bersalah.

“Siapa suruh telpon jam segini. Tuh jamnya lagi mangkir di angka 2. Jam 2 malem Ga. Lagi mimpi ketemu idola juga, malah kamu ... “

“Kangen kamu Ra. Kangen banget. Besok pagi aku pulang ke Jogja, aku mau kamu yang jemput ” timpal Aga.

Suasana menjadi hening. Seketika bibirku tak berucap mengingat hubunganku dengan Aga yang memang sudah berakhir. Tapi kami tidak dapat saling berbohong untuk mengatakan “tidak mau lagi bersama”. Mengingat perbedaan dasar yang tak mungkin dapat kami selesaikan. Kami terikat oleh satu tali ketegassan hati dalam memilih. Memilih sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kami pilih. Kami seperti berada di dalam kubangan yang seolah mampu menenggelamkan kami dalam pekatnya suasana hati kala kami menyadari satu titik klimaks dari semua yang pernah kami lalui. Pengharapan yang tak ada pangkal ujungnya, serta kenangan yang terasa terlalu indah untuk dilupakan, dan terlalu menyakitkan untuk sedikit saja dilupakan. Sungguh bukan sesuatu yang gampang!

Ini adalah rahasia Tuhan. Dalam hati, aku hanya memohon yang terbaik untuk jalanku dan Aga. Entah kelak menjadi satu jalan, apakah tetap seperti ini. Jika sudah datang waktunya, aku yakin semua kan menjadi indah   

Tsh