Sepertinya tempat ternyaman untukku seharian ini adalah di kamar tidur dengan ditemani setumpuk novel. Mulai dari novel terbitan jaman dulu, hingga novel terbaru yang saat ini sedang menjadi best seller. Mulai dari novel yang alur ceritanya menyedihkan, hingga novel dengan cerita yang cukup membuatku tertawa terpingkal-pingkal. Maklum, hari ini sedang tidak ada jadwal kuliah, tugas-tugas sudah selesai, waktunya untuk malas-malasan.
Setelah puas seharian membaca novel, tidak terasa hari sudah menunjukkan pukul 00.00 wib, saatnya mendengarkan musik sebagai pengantar tidur. Tapi mata ini masih saja belum mau terpejam. Ada hal yang mengganjal dipikiranku. Huft!
Ini bukan masalah dari keluarga, ataupun masalah kuliah. Keduanya berjalan baik dan semoga akan terus baik-baik saja. Sedikit hal yang mengganjal, mengenai hubunganku dengan Dion, kekasihku. Hubungan ini berlangsung belum lama. Baru sekitar satu bulan. Sekalipun belum pernah bertengkar seperti kebanyakan pasangan lain. Hubungan kami berjalan begitu saja, kami membiarkannya mengalir.
Aku menerimanya karena dia mengutarakan satu alasan yang cukup membuatku berpikir. “Aku pengen mulai semua dari awal” jawabnya serius. Setahuku, memang dia sempat mempunyai hubungan khusus dengan Iren. Hubungan itu berlangsung lama, sampai pada akhirnya Iren memutuskan untuk meninggalkan Dion, dan memilih kembali ke sisi Randy, kekasihnya.
Akh, aku juga tak terlalu mengerti bagaimana hubungan ketiganya dulu, dan aku juga tidak berminat untuk mengerti. Aku punya masa lalu, begitu juga dengan Dion, itu adalah masa lalunya, satu fase yang pernah dilewatinya. Sekalipun mencoba mengelak dan melupakan, masa lalu tidak akan pernah hilang. Hanya bagaimanana sikap terbaik kita untuk cermat mengambil hikmah dari setiap fase kehidupan yang pernah kita lewati, sebagai pelajaran dalam hidup.
Sudah 8 bulan sejak berakhirnya hubungan mereka. Dion, memutuskan untuk menyimpan memori itu dalam-dalam dan tidak akan membukanya. Setidaknya saat bersamaku. Aku tahu rasanya memang sulit untuk tidak mengingat semua itu. Aku tahu kalau Dion susah payah melupakan Iren, salah satu cara Dion untuk melupakan Iren adalah dengan memberiku segudang perhatian. Meski aku tahu, Dion tidak akan memilihku hanya untuk tempat pelampiasan. Dia tak akan tega memperlakukanku seperti robot. Dion sama sekali bukan orang seperti itu. Segenap hati, dia ingin melupakan Iren dan memulai semua dari awal, bersamaku. Walaupun aku masih merasakan bahwa belum semua hatinya diberikan untukku. Ragu, ada! Tapi aku sudah memilih. Aku tidak menyesal dengan apa yang sudah aku pilih.
Penat rasanya hari ini. Membosankan! Membaca novel, mendengarkan musik, masih tak bisa membuatku untuk tidak memikirkan semua itu. Pada dasarnya kami sama. Dion masih menyisakan rasa untuk Iren, dan aku juga seperti itu, untuk Arya. Mantan kekasihku. Tapi kami berdua sama-sama berusaha untuk selalu menjaga komitmen yang telah disepakati. Setidaknya untuk menciptakan hari yang lebih berwarna................... dan zzzzzz... akhirnya aku tertidur.
***
Pagi harinya, sesaat setelah membuka mata, aku mulai melupakan apa yang menjadi beban pikiranku tadi malam. Dengan bantal dan guling yang masih dalam dekapan, aku melangkahkan kaki menuju meja makan. Tiba-tiba ada suara nyaring dan semakin lama semakin nyaring terdengar di telingaku.
“Astagaaaaaa! Di meja makan masih bawa bantal guling????? Perempuan itu harus bangun pagi, sholat subuh, bantuin bunda masak! ..............” bla bla bla nasehat bunda panjang lebar.
Dengan masih menggunakan piama, bantal guling dalam dekapan, aku kembali ke tempat tidur, untuk “kembali bermimpi indah” tanpa menghiraukan nasehat ibunda, namun sayang, ada suara yang membuyarkan! “kreeekkk...” terdengar suara pintu kamarku dibuka. Lalu, OMG! Suara nyaring itu kembali terdengar.............. “SHOLAT SUBUH DULU!!”
Seketika mataku terbelalak, lalu lari pontang panting menuju kran air di belakang rumah untuk berwudlu. Dingin tidak menyurutkan niatku untuk menyucikan diri dari hadast dan najis :D. Hhoho..... suasana yang sangat sering ditemui di rumahku saat pagi hari. Smangat pagi yang sedikit berbeda! oye oye!
Jadwal kuliah hari ini cukup padat. Pantaslah jika bunda sering mengeluarkan jurus andalannya di pagi hari. Ya, mungkin agar aku selalu semangat saat ingat suara nyaringnya! Hhuhuu...
Jam kedua, pukul 08.50 wib, saatnya kuliah psikologi pendidikan. Penjelasan mengenai stimulus cukup membuatku kenyang! Sedikit menerangkan. Rangsangan yang ditimbulkan akan diproses oleh otak dan menghasilkan stimulus yang akan berpengaruh pada apa yang kita kerjakan. Misalnya, saat kita melihat orang yang kita sukai lewat setiap hari di depan rumah pada jam-jam tertentu, terkadang secara tidak sadar kita menunggunya, menantinya lewat depan rumah pada jam tertentu itu. Hal itu akan membuat kita menjadi berdebar atau merasa malu, walaupun orang yang kita maksud tidak tahu akan keberadaan kita di sana. Kalau tidak salah seperti itu. Dan... tiba-tiba sosok Dion seperti lewat terus di pikiranku. Bolak balik nggak berhenti-berhenti. Hmmttt T.T
“Haduh, kuliah psikologi kenapa jadi inget Dion?” tanyaku dalam hati.
Baru jam kedua kuliah pikiranku sudah tidak beres! Perlu di kuras. Perlu liat Dion. Perlu ketemu Dion! Loh loh......... kenapa jadi Dion semua? Ada apa ini? Benar-benar sudah tidak beres.
Kuliah jam keempat, dan terakhir kuliah jam keenam. Dimulai pukul 16.10 wib dan berakhir pukul 17.50 wib. Setelah itu, pullllaaaaannngggg.......!!
Hari senin sampai jumat kurang lebih seperti itu. Berangkat dari kos, terkadang dari rumah, kuliah, pulang ke kos, kadang pulang ke rumah. Diwaktu jadwal kuliah sedang bersahabat, biasanya jalan deh bareng temen-temen :D
***
Satu hal yang membuatku sedikit tersentuh siang itu. Ketika perutku sangat nyeri karena temanku yang setiap bulan selalu datang, alias datang bulan, aku meminta bantuan Dion untuk membelikanku obat. Dengan cepat dia membelikannya untukku tanpa malu jika saat membayar si kasir curiga kenapa beli obat itu. Terimakasih :D
Hari demi hari kami lewati dengan keadaan yang sama. Masih dengan kesibukan yang sama dan tetap dengan keadaan “baik-baik saja”. Dengan Dion yang hampir tidak pernah marah, dan aku yang bawelnya minta ampun. Mungkin hanya Dion yang bisa sabar menghadapi sifat bawelku ini.
Tidak terasa semua ini sudah berlangsung satu tahun. Ada banyak hal yang berubah. Dion yang saat itu masih berstatus mahasiswa kini telah lulus dari perguruan tinggi. Gelar sarjana sudah disandangnya. Sedangkan aku, baru menginjak semester 5. Inilah hari-hari terakhir Dion di Jogja, serasa begitu cepat.
Dion yang dulu berusaha mencintaiku, kini sudah benar-benar memilihku. Aku yang dulu berusaha melupakan Arya, kini sedikitpun tak lagi memikirkan. Semua sudah seperti harapan.
Tidak ada alasan bagiku untuk melepaskan. Sebentar lagi Dion wisuda dan akan kembali ke kota asalnya, nan jauh di luar Pulau Jawa. Sama sekali tidak ada bayangan untuk hubungan ini. Entah apa yang terjadi nanti, yang aku tahu aku hanya ingin mempertahankan, untuk saat ini, dan seterusnya. Luv u..
***
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Designed by Ibnu Center
Tidak ada komentar:
Posting Komentar